Friday, February 28, 2020

Pemuda yang Islami(Indonesia Version)

Islam pernah melahirkan tokoh-tokoh inspiratif yang berpengaruh terhadap kemajuan Islam sehingga bisa menjadi pemimpin dunia. Sebagian dari para tokoh penting kemajuan Islam adalah para pemuda yang bukan hanya mempunyai semangat juang tinggi, namun mempunyai pemahaman Islam yang kuat sehingga mempunyai aqidah mantap. Beberapa diantaranya adalah Ali bin Abi Thalib, Muhammad Al-Fatih, dan Usamah bin Zaid. Ali bin Abi Thalib adalah pemuda pertama yang masuk Islam. Dialah orang yang senantiasa mendampingi dan melindungi Rasulullah. Hingga, pembuktian akan kecintaan kepada Rasulullah terlihat amat nyata ketika ia menggantikan Rasulullah di tempat tidur beliau sesaat sebelum Hijrah. Begitu pula, Muhammad Al-Fatih dalam usia 21 tahun, beliau sudah menjadi panglima perang pasukan muslim untuk meruntuhkan salah satu imperium yang telah berdiri kokoh selama 11 abad, Byzantium. Ada juga Usamah bin Zaid. Pemuda yang saat berumur 18 tahun sudah mendapat kepercayaan Rasulullah, yang dilanjutkan Abu Bakar Ash-Shidiq, memimpin pasukan muslim menghadapi salah satu kekuatan terbesar saat itu untuk membebaskan bumi Syam, Romawi. Dan Usamah membuktikan bahwa Ia benar-benar orang yang tepat menggenggam amanah itu, bumi Syam dapat dibebaskan dari Romawi.Ali bin Abi Thalib, Muhammad Al-Fatih, dan Usamah bin Zaid adalah pemuda-pemuda yang mampu menginspirasi orang-orang disekitarnya. Ketiga pemuda Islam ini mempunyai beberapa kesamaan. Pertama, mereka mempunyai pemahaman yang baik tentang Islam dan menjadikannya menjadi pedoman hidupnya. Kedua, rasa cinta terhadap Islam dan kemauan untuk menyebarkan dakwah Islam sangat tinggi. Ini dibuktikan dengan peran ketiganya dalam peperangan-peperangan dalam rangka memerangi musuh Allah dan memperluas wilayah dakwah. Dan yang harus diingat, mereka telah mengikuti perang sejak usia sangat muda. Lahirnya pemuda-pemuda seperti inilah yang menjadi harapan umat Islam saat ini, disaat maraknya kemerosotan moral umat dan mulai ditinggalkannya syari'at Islam.


Pemuda dalam Al-Qur'an


Islam menempatkan pada pemuda dalam posisi yang amat penting. Hal ini bisa kita cermati dari kisah pemuda dalam Al-Qur'an, kisah para sahabat Rasulullah, serta pengakuan dari ulama besar Islam. Misalkan apa yang difirmankan Allah dalam surat Ar-Rum berikut,


"Dialah Allah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Dia Maha Mengetahui, Maha Kuasa."

(Ar-Rum [30]: 54)


Kita bisa mengetahui maksud ayat ini. Masa keadaan lemah manusia yang pertama adalah ketika masih kecil, lalu menjadi kuat ketika muda dan dewasa, dan selanjutnya menjadi lemah kembali ketika sudah tua dan beruban. Allah ingin menunjukkan bahwa pemuda mempunyai kekuatan, dan pemuda merupakan kekuatan diantara dua kelemahan. Dan dari kekuatan yang dimiliki itu, ada harapan besar bahwa peradaban Islam bisa bangkit kembali seperti pada masa jayanya.


Pemuda di Masa Kini


Pemuda hari ini mulai menjauh dari nilai-nilai ke-Islam-an. Pergeseran tolok ukur, dari al-Qur'an dan Al-Hadits, menjadi berbagai pemahaman yang bersumber dari pemikiran manusiawi, telah meracuni sebagian besar muslim. Pemahaman Barat yang mengedepankan syahwat telah merasuk dalam pikiran mereka dan menggerakkan jasmaninya untuk melakukan kemunkaran. Akhirnya, ada toleransi yang cukup besar untuk menurunkan kualitas ibadah dan pencarian ilmu keagamaan. Hal ini semakin berbahaya karena sasaran utamanya adalah pemuda, individu yang sedang mencari jati diri dan sedang membangun karakter. Gejala ini telah mewabah kesemua kalangan imat Islam yang ada di dunia. Hasilnya, tidak ada kepercayaan diri bagi umat Islam untuk bangkit dan menjadi pemimpin dunia. Umat Islam menjadi bangsa kelas dua.

Mereka yang sejak usia dini sudah mempelajari Islam serta berinteraksi dengan Al-Qur'an mulai mundur teratur dalam mempelajarinya ketika menginjak dewasa. Al-Qur'an dianggap sudah tidak relevan lagi, karena tolok ukur yang mereka gunakan adalah paham hedonism. Sesuatu yang halal menjadi haram, begitupun sebaliknya. Paham materialistik yang bersumber dari akal pikiran manusia telah merasuk dalam pikiran mereka, sehingga menistakan wahyu yang datang dari Allah adalah suatu hal yang bisaa. Hingga akhirnya, umat Islam menjadi terpuruk disebabkan kekuatan penopangnya, para pemuda, telah kehilangan arah.

Ustadz Budi Ashari dalam beberapa ceramahnya menyatakan,


"Peradaban Islam akan bangkit kembali jika masjid-masjid dan majelis ilmu dipenuhi oleh Pemuda"


Kesadaran ini bukan hanya menjadi milik pemuda yang bersangkutan, namun juga orang tua sang pemuda dan masyarakat secara umum. Orangtua adalah guru pertama bagi mereka. Apa yang menjadi pemahaman dan sikap pemuda sebagian besar ditentukan oleh bagaimana dan apa yang diajarkan oleh orang tua. Oleh karena itu, tak layak jika terlalu mengandalkan kemampuan pemuda untuk mencari jati diri. Selain itu, toleransi yang amat tinggi dari masyarakat kepada anak-anak untuk mempelajari Islam juga berdampak buruk bagi kemauan untuk mempelajari Islam ketika dewasa.

Masyarakat harus menempatkan pemuda pada posisi yang tepat. Pemuda harus mendapat akses yang luas untuk ikut seta dalam membangun lingkungannya. Inilah yang sulit didapatkan pemuda hari ini. Paradigma yang berkembang dimasyarakat kita adalah bahwa pemuda merupakan kaum yang harus banyak belajar dan harus banyak menurut kepada orang yang lebih tua. Dengan berkembangnya paradigma semacam ini, maka sangat sulit dan sempit bagi pemuda untuk mengutarakan gagasan dan kinerjanya. Pemuda tersebut tidak terbisaa memikirkan permasalahan umat dan mencari solusinya, hingga akhirnya yang muncul adalah sikap apatis dan kritik tajam tanpa solusi.


Kebangkitan Islam ditangan Pemuda


Hasan Al-Banna  mengungkapkan betapa pentingnya peran pemuda bagi perjuangan kebangkitan Islam. Beliau mengungkapkan bahwa pemuda adalah pilar kebangkitan yang mempunyai tanggung jawab, kewajiban, dan amanah untuk membina umat. Untuk mengemban tugas itu, beliau juga menyatakan apa saja yang harus dimiliki seorang pemuda, beberapa diantaranya adalah: pemikiran panjang, banyak beramal, bijak dalam menentukan sikap, maju untuk menjadi penyelamat, dan mampu menunaikan hak-hak umat. Modal dasar yang harus dimiliki pemuda, menurut beliau, adalah: iman, ikhlas, semangat, dan amal kebajikan. Dengan pemenuhan semua modal ini, serta dukungan penuh segala lapisan masyarakat, beliau yakin bahwa kebangkitan Islam akan terjadi dengan pemuda sebagai pelaku utamanya.

Tentu saja pemuda tersebut mempunyai aqidah kuat yang melandaskan Al-Qur'an dan Al-Hadits sebagai pedoman hidup. Pemuda dan Al-Qur'an harus menjadi satu kesatuan. Maka, "Kembalikanlah pemuda kepada Al-Qur'an, maka ia akan mengembalikan Islam kepada kejayaannya." 

No comments:

Advice

Allah brings people into our lives for a purpose, and He then takes them away when their purpose is done. Every experience you have with peo...